Sabtu, 09 Mei 2020

Belajar : BIOFLOK DAN PERANNYA DI KOLAM Budidaya Ikan Tawar.


google. Com
Oleh: Ir Suprapto:

Pengertian Bioflok kata aslinya ”biofloc” atau “bioflock” berasal dari kata “bios” artinya kehidupan dan “flock” artinya gumpalan. Jadi bioflok diartikan sebagai gumpalan yang terdiri dari mikroba (bakteri, fungi), algae, protozoa, cacing dan detritus yang manyatu dalam flok. Tidak semua flok bisa disebut bioflok. Contoh, air yang keruh akibat koloid tanah, kemudian diberikan perlakuan dengan flokulan seperti tawas atau ion positif valaensi 3 lainnya maka akan terbentuk flok. Flok ini tidak bisa disebut bioflok karena tidak tersusun oleh biota (mikroorganisme).

Prinsip kerja bioflok

Chamberlain (2000) menyebutnya sebagai Intense Microbial Reused system, menyebutkan bahwa pada dasarnya prinsip kerja bioflok adalah sebagai berikut:

A.  Konsep :  
Senyawa nitrogen anorganik (terutama amonia yang bersifat racun bagi ikan) didaur ulang menjadi protein sel mikroba (microbial protein).

B.  Proses : 
Bahan organik dalam kolam diaduk dan diaerasi agar terlarut dalam kolom air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik menempel pada partikel organik, menguraikan bahan organik (mengambil C-organik), selanjutnya menyerap mineral seperti amonia, fosfat dan nutrient lain dalam air.

C.  Hasil : 
Bahan organik dan amonia didaur ulang menjadi protein sel / detritus yang diperkaya sehingga dapat dimakan ikan/udang dan kualitas air menjadi lebih baik.
   
Mikroba pembentuk bioflok
Bioflok dapat dibentuk oleh beberapa mikroba dengan mensekresikan biopolymer atau EPS (extracelullar polymeric substances) sebagai pengikat antar mikroba. Jenis mikroba yang dapat menghasilkan biopolimer dan membentuk flok 
antara lain Zooglea ramigera, Escherichia intermedia, Paracolobacterium aerogenoids, Bacillus subtilis, Bacillus cereus,  Flavobacterium, Pseudomonas alcaligenes, Sphaerotillus natans, Tetrad dan Tricoda (Aiyushirota).
google. Com

Menurut Gao, et.al (2006), microorganisme yang menghasilkan biofloc antara lain bakteri, fungi dan actinomycetes. Microorganisme tersebut menghasilkan polimer ekstraselular seperti polysaccharida, protein fungsional dan glycoprotein yang berfungsi sebagai biofloculasi. Floc yang dihasilkan oleh Bacillus sp. I-471, Alcaligenes cupidus KT201 and Bacillus subtilis IFO3335 adalah polysaccharida. Nocardia amarae YK-1, Bacillus licheniformis dan Rhodococcus erythropolis memproduksi floc protein sedangkan  Arcuadendron sp. TS-4 dan Arathrobacter sp. memproduksi biofloc glycoprotein. Alcaligenes eutrophus, Azotobacter vinelandii dan Pseudomonas oleovarians dan lain-lain dapat mensintesis PHA (poly hidroksi alkanoat) (Salehizadeh and Loosdrecht, 2004 dalam Sinha et. al, 2008). Sedangkan Vagococcus sp W31 yang dia teliti menghasilkan bioflucculant yang diberi nama MBFW31.

Proses pembentukan bioflok

Proses pembentukan floc dimulai dari akumulasi bahan organik dalam kolam dengan menerapkan tidak melakukan pergantian air dan bahan organik diaduk terus-menerus (dalam kondisi aerob). Penambahan karbohidrat (C organik) sebagai sumber energi akan mempercepat perkembangan mikroba (bakteri) dan membentuk flokulasi.  Sementara itu, perkembangan plankton akan terhambat karena keterbatasan orthofosfat dalam air sehingga bakteri akan mendominasi dalam kolom air. 

Proses flokulasi disebabkan oleh bahan yang disintesis oleh bakteri pembentuk flok yang disebut “extracellular polymeric substances (EPS)”. Salah satunya adalah Poly hydroxy alkanoat (PHA), lebih spesifiknya adalah Poly hydroxy butirat (PHB).

Pembentukan floc (gumpalan) oleh bakteri dapat berlangsung dengan adanya quorum sensing. Perkembangan mikroorganisme dapat dikontrol antar sel yang disebut quorum sensing. Quorum sensing merupakan aturan gen yang menjelaskan tetang program (aktivitas) atau signal (Schryver et al, 2008) . Bermacam-macam molekul yang berbeda berfungsi sebagai signal. Kelompok umum yang merupakan signal antara lain oligopeptida dihasilkan oleh bakteri gram positif, N-Acyl Homoserine Lactone (AHL) oleh bakteri gram negatif dan autoinducer disebut juga autoinducer – 2 (AI-2) dalam bakteri gram negatif dan positif (Wikiepedia).

Penambahan kapur / dolomit yang mengandung kation divalent (Ca dan Mg)  akan membantu mempercepat pembentukan floc. Ion-ion ini akan menarik muatan negative dari polymer EPS (Extracelluler polymeric substances) yang dibentuk oleh bakteri. Disamping itu, penambahan garam juga sangat bermanfaat karena untuk membentuk bioflok memerlukan mineral yang cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar